Aku menarik nafas panjang.... Dingin...
Hari sudah malam. Aku melihat jam sudah menunjukan pukul 7.
“Pulang jam segini lagi.... Untuk ke berapa kalinya ya?” batinku. Akupun berjalan meninggalkan kampus dan mulai menertawakan diri sendiri. Teleponku berdering.... Oh.. Ayah.
“Pulang jam segini lagi.... Untuk ke berapa kalinya ya?” batinku. Akupun berjalan meninggalkan kampus dan mulai menertawakan diri sendiri. Teleponku berdering.... Oh.. Ayah.
“Halo ayah?”
“Kaka di mana?”
“Di kampus. Ini baru mau pulang.”
Itulah percakapan yang sering terjadi di telepon antara aku
dan ayah jika pukul 7 malam anaknya ini belum berada di rumah. Tapi meskipun
begitu Ayah tak pernah mempermasalahkannya.
Aku kembali menarik nafas panjang.... Dingin...
Angin yang berhembus malam ini membuat rasa sendiri yang
menerpa makin terasa dalam hati. Berjalan di antara hiruk pikuk kehidupan sekitar
kampus, aku mencoba untuk pulang.
Saat itulah aku sadar bahwa semuanya sudah berubah... Tak
semua respect¸ tak semua paham, tak
semua benar-benar mengetahui apa yang disukai oleh temannya. Ketika ada pesan masuk
di malam itu, aku tahu bahwa semuanya sudah selesai.
Dan selama perjalanan pulang, entah berapa kali aku
mengambil nafas panjang... Dingin...